Rupiah Perdagangan Pagi Sudah Ganyang Dolar AS, Bertengger di Rp16.200-an

Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Rupiah Perdagangan Pagi Sudah Ganyang Dolar AS, Bertengger di Rp16.200-an

Husen Miftahudin • 22 May 2025 09:32

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan secara signifikan.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 22 Mei 2025, rupiah pada pukul 09.15 WIB berada di level Rp16.285 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 113,5 poin atau setara 0,69 persen dari Rp16.398,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.289 per USD. Rupiah menguat hingga 101 poin atau setara 0,62 persen dari Rp16.390 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.340 per USD hingga Rp16.400 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,5%
 

Serangan militer Israel ke Iran


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen Israel yang sedang mempersiapkan kemungkinan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, karena AS terus mengupayakan perjanjian diplomatik dengan Teheran.

Laporan tersebut mengatakan para pemimpin Israel belum membuat keputusan akhir, tetapi kemungkinan serangan Israel telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini terjadi di tengah perundingan nuklir AS-Iran yang sedang berlangsung, dan Iran telah menegaskan kembali program pengayaan uraniumnya sama sekali tidak dapat dinegosiasikan.

AS telah menuntut Iran untuk menghentikan semua kegiatan pengayaan uranium, dengan alasan kekhawatiran atas potensi persenjataan nuklir. Kesepakatan nuklir AS-Iran di bawah Presiden AS Donald Trump yang tidak menghilangkan semua uranium Iran membuat serangan lebih mungkin terjadi.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Beban APBN makin berat hingga BI pangkas suku bunga


Dari dalam negeri, Ibrahim memandang pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentimen Kementerian Keuangan yang menyoroti risiko dari sejumlah program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto pada 2026 yang berpotensi menambah beban APBN jika tidak dilaksanakan secara optimal.

Hal tersebut tercantum dalam dokumen Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 yang menjadi acuan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan.

Pemerintah telah mencanangkan berbagai program prioritas dalam jangka menengah yang bertujuan untuk penguatan kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Namun, dokumen itu menunjukkan juga pengakuan pemerintah bahwa berbagai program prioritas memiliki risiko terhadap APBN, di antaranya potensi terhadap adanya potensi berkurangnya penerimaan negara atau tambahan beban bagi APBN," papar dia.

Di sisi lain, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point ke level 5,50 persen. BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75 persen dan suku bunga Lending Facility tetap 6,25 persen.

Keputusan penurunan suku bunga ini konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah, serta tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Keputusan itu merupakan upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)