Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Eko.
Husen Miftahudin • 29 September 2025 16:13
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini sukses mempertahankan penguatannya. Pada perdagangan pagi tadi, mata uang Garuda tersebut berhasil memukul dolar AS cukup signifikan hingga 80 poin.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.680 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 58 poin atau setara 0,35 persen dari posisi Rp16.738 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 58 poin, sebelumnya sempat menguat 80 poin di level Rp16.680 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.738 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Di perdagangan hari ini, rentang pergerakan rupiah berada pada level Rp16.640,5 per USD hingga Rp16.687,5 per USD. Sementara year to date (ytd) return tercatat 3,46 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.675 per USD. Rupiah mengalami kenaikan pesat sebanyak 95 poin atau setara 0,57 persen dari Rp16.770 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.680 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga menguat sebanyak 95 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.775 per USD.
Potensi penutupan Pemerintah AS
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar yang bersiap menghadapi potensi penutupan Pemerintah AS minggu ini di tengah upaya bipartisan yang biasa-biasa saja untuk meloloskan RUU Pendanaan.
"Pendanaan untuk operasi federal AS akan berakhir pada tengah malam 30 September, karena Kongres belum memiliki dana pengganti atau perpanjangan," ungkap Ibrahim.
Negosiasi bipartisan mengenai RUU Pendanaan masih berlangsung. Partai Republik terlihat mendorong RUU Pendanaan sementara hingga November, sedangkan Partai Demokrat menuntut Kongres untuk membatalkan pemotongan anggaran layanan kesehatan dan Medicaid baru-baru ini sebelum RUU Pendanaan lainnya disetujui.
Para pemimpin Kongres dari kedua partai dijadwalkan bertemu Presiden Donald Trump pada Senin untuk pembicaraan mediasi. Penutupan pemerintah dapat menunda rilis data penggajian non-pertanian utama yang akan dirilis akhir pekan ini, dan juga berpotensi mengganggu aktivitas
ekonomi jika dibiarkan tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Menanti upaya menjaga stabilitas rupiah
Ibrahim menekankan pentingnya konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar AS dan gejolak pasar global.
"Instrumen Bank Indonesia (BI) dan pemerintah sudah memadai, tetapi koordinasi dan komunikasi perlu diperkuat agar ekspektasi pasar terkendali," tutur dia.
BI sudah penggunaan seluruh instrumen stabilisasi nilai tukar, mulai intervensi dipasar spot, Non Deliverable Forward (NDF)
onshore atau
offshore, hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Namun mata uang rupiah mendekati Rp16.800 per USD, melemah lebih dari tiga persen secara
year to date.
Di sisi bantalan eksternal, cadangan devisa Agustus tercatat USD150,7 miliar, turun dari Juli karena pembayaran utang pemerintah dan langkah stabilisasi, namun masih jauh di atas standar kecukupan internasional.
Dari sisi fiskal, defisit APBN Januari hingga Agustus mencapai 1,35 persen PDB atau Rp321,6 triliun dengan penerimaan turun 7,8 persen (yoy) dan belanja naik 1,5 persen (yoy).
Pada ranah perbankan, empat bank BUMN mengumumkan bunga deposito dolar AS empat persen efektif 5 November, meski Menteri Keuangan menyatakan tidak ada instruksi pemerintah dan menyarankan evaluasi kebijakan tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, BI menurunkan BI-Rate 25 bps ke 4,75 persen di September sebagai sinyal pelonggaran terukur dengan fokus stabilitas nilai tukar. Langkah ini menunjukkan BI tetap berhati-hati di tengah tekanan global, sembari menjaga ruang pertumbuhan domestik.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Selasa besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.630 per USD hingga Rp16.680 per USD," jelas Ibrahim.