Rupiah Akhirnya Berani Pukul Mundur Dolar AS di Pagi Awal Pekan

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.

Rupiah Akhirnya Berani Pukul Mundur Dolar AS di Pagi Awal Pekan

Husen Miftahudin • 29 September 2025 09:51

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan awal pekan ini akhirnya mengalami kenaikan signifikan, setelah terus-terusan mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 September 2025, rupiah hingga pukul 09.39 WIB berada di level Rp16.665,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 72,5 poin atau setara 0,43 persen dari Rp16.738 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.670 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.730 per USD hingga Rp16.800 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Rupiah Balik Arah Menguat di Penutupan Sore Ini
 

Ekonomi AS tumbuh lebih cepat 


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen data produk domestik bruto kuartal kedua yang menunjukkan ekonomi AS tumbuh jauh lebih cepat dari perkiraan, sementara data klaim pengangguran mingguan juga menunjukkan beberapa perbaikan.

"Data tersebut disertai dengan sejumlah pernyataan hati-hati dari pejabat The Fed, dengan Ketua The Fed Jerome Powell yang memuji peningkatan risiko ekonomi akibat inflasi yang stagnan dan melemahnya pasar tenaga kerja," ungkap Ibrahim.

Menurut dia, fokus pasar kini tertuju pada data indeks harga PCE AS, tolok ukur inflasi pilihan The Fed, untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga. Inflasi inti PCE juga diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar dua persen.

Ibrahim menjelaskan, inflasi yang tetap stabil mengurangi dorongan The Fed untuk memangkas suku bunga, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang meningkat terkait tarif perdagangan Trump. 


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh melambat


Di sisi lain, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh melambat pada kuartal III-2025 dengan prediksi capaian pertumbuhan hanya 0,95 persen (qtq). Prediksi itu bila tercapai maka menjadi laju perlambatan yang tajam menilik pada kuartal sebelumnya, ekonomi RI tumbuh 4,04 persen (qtq), setelah pada kuartal I-2025 terkontraksi atau tumbuh negatif 0,98 persen meski ada perayaan Ramadan dan Lebaran, seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik.

Sementara itu, dalam hitungan tahunan (year-on-year), perekonomian domestik diperkirakan tumbuh 4,8 persen pada kuartal III-2025, tak berubah dari proyeksi sebelumnya. Hanya, bila prediksi tersebut terealisasi, itu juga akan menjadi perlambatan yang cukup dalam mengingat pada kuartal II lalu, perekonomian Indonesia tak terduga tumbuh melampaui angka lima persen, tepatnya 5,12 persen bahkan ketika tidak ada musim perayaan yang biasanya mengungkit permintaan domestik.

Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2025 diperkirakan akan melambat dengan pertumbuhan cuma 4,7 persen (yoy). Alhasil pada keseluruhan tahun, ekonomi RI diprediksi tumbuh hanya 4,9 peren tahun ini dan selanjutnya pada 2026 lajunya tak berubah. Baru pada 2027, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit naik jadi 5,0 persen.

"Selain itu, inflasi tahun ini diprediksi akan rendah di level 1,8 persen, lebih lambat. Sedangkan tahun depan, inflasi diprediksi naik ke kisaran 2,6 persen. Adapun perkiraan tingkat BI Rate, tingkat bunga acuan akhir tahun ini diprediksi akan di level 4,5 persen yang mencerminkan akan ada sekali  lagi pemotongan sebelum tutup tahun," urai Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)