Dolar AS. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 12 August 2025 12:37
Jakarta: Ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh pemberlakuan tarif impor yang didengungkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan membuat dolar AS 'nyungsep'. Pelemahan mata uang Negeri Paman Sam itu akan terasa dalam jangka panjang.
"Penerapan tarif akan mendorong negara negara untuk memutar arah perdagangan, mengurangi ketergantungan pada pasar AS, dan menurunkan penggunaan dolar dalam transaksi global, yang jelas akan menjadi tekanan negatif bagi nilainya," kata Head of Markets Strategy UOB Heng Koon How, dikutip dari analisanya, Selasa, 12 Agustus 2025.
Lebih lanjut ia memaparkan, pemberlakuan tarif Trump membuat banyak negara menyadari tarif tinggi dari AS akan bertahan lama. Untuk mengurangi risiko, mereka mulai memindahkan rantai pasok, memperluas perdagangan dengan negara lain, dan memperkuat perdagangan intra-regional.
Perubahan struktural ini, menurut dia, bisa mempercepat proses dedolarisasi dan mengurangi minat menempatkan cadangan perdagangan dalam bentuk obligasi AS. "Keduanya jelas buruk bagi nilai dolar dalam jangka panjang," terang Heng Koon How.
Beberapa mata uang Asia sudah menguat terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir. Dolar Singapura, misalnya, menguat hingga di bawah USD1,3 dan kemungkinan bertahan di kisaran ini. Monetary Authority of Singapore (MAS) diperkirakan menunda pelonggaran kebijakan moneter hingga Oktober atau Januari mendatang, menunggu bukti efek penumpukan ekspor sebelum tarif benar-benar mereda.
Indeks Dolar AS (DXY) kini sudah jatuh di bawah level 100. "Kami memperkirakan akan turun menuju 97 di akhir tahun ini, dan 95 pada pertengahan tahun depan," ucap Heng Koon How memperingatkan.
Baca juga: Dolar AS 'Sikat Habis' 6 Mata Uang Utama Dunia di Tengah Penantian Data Inflasi |