Tak Sanggup Lawan Dolar AS, Rupiah Terjun Bebas hingga Tembus Rp16.758/USD

Rupiah. Foto: Metrototvnews.com/Husen.

Tak Sanggup Lawan Dolar AS, Rupiah Terjun Bebas hingga Tembus Rp16.758/USD

Husen Miftahudin • 25 September 2025 09:44

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan signifikan, di tengah para pelaku pasar mencerna pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang hati-hati melonggarkan suku bunga.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 25 September 2025, rupiah hingga pukul 09.34 WIB berada di level Rp16.758,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 74 poin atau setara 0,44 persen dari Rp16.684,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.675 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.680 per USD hingga Rp16.730 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Cuma Menguat Tipis, Rupiah Belum Lepas dari Tekanan Dolar AS
 

Fed seimbangan inflasi dan lapangan kerja


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen pernyataan Powell yang menekankan tantangan dalam menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan risiko ketenagakerjaan.

"Ia menyoroti tidak adanya 'jalur bebas risiko' saat The Fed menavigasi inflasi yang persisten dan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah," tutur Ibrahim.

Menyusul pernyataan Powell, Presiden Federal Reserve Bank of Chicago Austan Goolsbee menyatakan The Fed memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga jika inflasi terus menurun. Namun, ia memperingatkan agar tidak melakukan penurunan suku bunga yang agresif karena risiko inflasi yang persisten. 

Pasar memperkirakan dua penurunan suku bunga lagi tahun ini, sejalan dengan arahan bank sentral. Powell enggan memberikan sinyal yang jelas mengenai waktu penurunan suku bunga berikutnya, membuat pasar ragu tentang arah kebijakan The Fed di masa mendatang.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Pertumbuhan ekonomi RI direvisi ke atas


Di sisi lain, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. OECD memperkirakan ekonomi mampu mencapai level 4,9 persen pada 2025 dan 2026. Proyeksi itu lebih tinggi 0,2 poin persentase dibanding laporan Juni 2025, dan untuk 2026 lebih tinggi 0,1 poin persentase.

OECD melihat, pelonggaran kebijakan moneter dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen yang diproyeksikan untuk 2025 dan 2026.

Kemudian, pelonggaran kebijakan moneter yang memberi ruang lebih pada aktivitas ekonomi. Sementara itu, investasi publik yang kuat menopang pembangunan infrastruktur, serta konsumsi domestik yang tangguh dan tetap menjadi motor penggerak utama.

"Selain itu, rebound investasi diperkirakan ikut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan global. Namun, OECD mengingatkan masih ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. OECD melihat perdagangan global dapat mengurangi kinerja ekspor Indonesia," papar Ibrahim.

OECD juga memperkirakan tekanan inflasi Indonesia juga akan terkerek naik. Inflasi di Indonesia diproyeksikan naik tipis dari 1,9 persen pada 2025 menjadi 2,7 persen pada 2026. Penyebabnya, ialah depresiasi kurs rupiah yang terus terjadi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)