Rupiah. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 17 September 2025 16:08
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah dalam beberapa hari terakhir terus melemah.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.437 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis tiga poin atau setara 0,02 persen dari posisi Rp16.440 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat tipis tiga poin, sebelumnya sempat menguat 35 poin di level Rp16.437 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.440 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.425 per USD. Rupiah turun 45 poin atau setara 0,27 persen dari Rp16.380 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.430 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga melemah 45 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.385 per USD.
Fed diyakini bakal pangkas suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen meningkatnya keyakinan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada Rabu, terutama di tengah meningkatnya tanda-tanda pasar tenaga kerja yang mendingin.
"Beberapa pedagang juga mengharapkan pemangkasan yang lebih besar sebesar 50 basis poin," jelas Ibrahim.
Selain penurunan
suku bunga, investor juga akan mencermati proyeksi ekonomi terbaru The Fed dan dot plot. Setelah itu pasar akan mencermati konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan petunjuk tentang seberapa jauh dan seberapa cepat siklus pelonggaran dapat berlanjut.
Namun, pasar masih belum yakin tentang sinyal yang akan diberikan The Fed terkait pelonggaran moneter di masa mendatang, terutama mengingat data ekonomi terbaru juga menunjukkan inflasi AS tetap stagnan.
Ketua The Fed Jerome Powell telah berulang kali menekankan kehati-hatian atas dampak inflasi dari tarif perdagangan AS yang lebih tinggi, yang pada gilirannya dapat menunda penurunan suku bunga di masa mendatang.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
BI Rate dipangkas lagi
Di sisi lain, Ibrahim menyatakan Bank Indonesia di luar dugaan kembali memangkas suku bunga acuan atau BI rate pada September 2025. BI rate turun 25 bps menjadi 4,75 persen. Suku bunga Deposit Facility juga turun sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.
"BI telah melakukan empat kali pemangkasan suku bunga sejak awal tahun. Suku bunga dipangkas masing-masing 25 bps pada Januari, Mei, dan Juli, dan Agustus, dari posisi 6,00 persen di Desember 2024 menjadi 5,00 persen pada posisi sekarang," papar dia.
Alasan BI menurunkan suku bunga acuan dan suku bunga kredit, untuk membantu pemerintah dalam mengucurkan dana Rp200 triliun yang tersimpan di BI ke bank Himbara untuk di salurkan ke perusahaan-perusahaan yang mempunyai projek berupa kredit.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.390 per USD hingga Rp16.440 per USD," jelas Ibrahim.