Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar AS. Foto: MI/Susanto.
Husen Miftahudin • 9 December 2025 09:46
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan meski tipis.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 9 Desember 2025, rupiah hingga pukul 09.39 WIB berada di level Rp16.686 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis sembilan poin atau setara 0,05 persen dari Rp16.695 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.683 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.690 per USD hingga Rp16.730 per USD," jelas Ibrahim.
Ekspektasi kuat Fed pangkas suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap menguatnya ekspektasi Federal Reserve AS akan memangkas
suku bunga akhir pekan ini.
Tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS baru-baru ini, termasuk indikator ketenagakerjaan yang lebih lemah, telah mendorong kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi sekitar 85 persen.
"Kondisi ini meningkatkan harapan biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendukung pertumbuhan global dan ekuitas," jelas Ibrahim.
Namun, optimisme tersebut diredam oleh kehati-hatian karena beberapa pejabat Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada Desember masih jauh dari pasti.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menekankan keputusan yang akan datang bukanlah suatu kepastian, jauh dari itu. Hal itu membuat investor waspada terhadap potensi kejutan yang bersifat
hawkish.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Ekonomi Indonesia tetap tangguh jelang 2026
Di sisi lain, sambung Ibrahim, indikator ekonomi terkini menunjukkan ketahanan aktivitas domestik menjelang akhir 2025. Diketahui, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada di level ekspansif 53,3, sementara inflasi yang stabil di 2,7 persen memberikan ruang bagi pemulihan ekonomi pada tahun depan.
"Kombinasi keduanya menjadi sinyal awal perekonomian Indonesia tetap tangguh memasuki 2026," tegas dia.
Sejumlah indikator mengalami perbaikan konsisten, termasuk indeks keyakinan konsumen yang mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Ketahanan ekonomi ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif sepanjang 2025.
"Dorongan konsumsi tercermin pada pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 sebesar 5,04 persen. Sementara inflasi rendah menegaskan daya beli masyarakat masih terjaga," terang dia.
Selain itu, Bank Indonesia mendapat mandat baru untuk memperkuat sektor riil lewat sejumlah kebijakan. Draf Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) memberi mandat kepada Bank Indonesia (BI) untuk meracik bauran kebijakan yang mampu menciptakan iklim ekonomi kondusif bagi pertumbuhan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.
"Dengan kondisi tersebut, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 akan lebih baik dibandingkan 2025. Proyeksi ini ditopang konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, serta kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Program strategis pemerintah dan BI diperkirakan memberi efek berantai terutama ke sektor manufaktur, industri pengolahan, dan sektor padat karya," tutup Ibrahim.