Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Siti Yona Hukmana • 29 December 2023 16:49
Jakarta: Polri mengakui kesulitan menangkap gembong narkoba Fredy Pratama yang buron sejak 2014. Bandar besar sabu di Indonesia ini disebut dilindungi oleh gangster di Thailand.
"Memang untuk Fredy Pratama ini keberadaannya sudah masih terindikasi di Thailand, cuma kita masih mendapat kesulitan untuk melakukan penangkapan, karena saya bilang tadi dari kemarin beliau dilindungi oleh gengster," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba (Dirtipidnarkoba) Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa dalam konferensi pers di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 29 Desember 2023.
Mukti menjelaskan mertua Fredy Pratama adalah orang Thailand yang merupakan kartel narkoba. Hal ini yang membuat Polri dan Polisi Thailand menangkap Fredy.
"Karena orang tuanya adalah bagian dari berindikasi narkoba di daerah Thailand. Jadi, mohon waktu lah. Kita tetap upaya untuk itu," ujar jenderal bintang satu itu.
Namun, Mukti memastikan Polri terus bekerja sama dengan Polisi Thailand. Bahkan, Polri sudah bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).
"Kemarin untuk melakukan gabungan dengan Bareskrim, Bea Cukai, Kepolisian Thailand, Div Hubinter dan Bea cukai dari Thailand dan Interpol," beber Mukti.
Sebelumnya, polisi mengungkap mertua Fredy Pratama merupakan kartel narkoba di kawasan segitiga emas atau 'golden triangle'. Diketahui, kawasan segitiga emas itu ialah Asia Tenggara yang menjadi pusat perekonomian narkoba dan sumber penting narkotika dunia yang mencakup sebagian Myanmar, Tiongkok, Laos, dan Thailand.
Dalam sejarahnya, daerah ini menyediakan kondisi ideal untuk penanaman opium. Hal itu mulai dilakukan pada abad ke-16 dan ke-17.
"Mertuanya Fredy kan kartel di sana (segitiga emas)," kata Mukti saat dikonfirmasi, Sabtu,16 September 2023.
Faktor ini lah yang menjadi kesulitan Polri menangkap Fredy alias Miming alias Cassanova tersebut. Selain mertua seorang kartel narkoba, Fredy juga masih berada di negeri Gajah Putih, kawasan Segitiga Emas.
Fredy membeli narkoba dari wilayah segitiga emas yang kemudian didistribusikan ke sejumlah negara termasuk Indonesia. Sabu yang dikirim dikemas bak kemasan teh China.
"Betul, narkoba dibeli di segitiga emas dipackaging di Thailaind dalam (bentuk) teh China dan dikirim ke Malaysia dan kirim ke Indonesia," ungkap Mukti.
Sindikat Fredy disebut mampu menyelundupkan sabu dan ekstasi masuk ke Indonesia dengan jumlah mulai dari 100 kilogram sampai 500 kilogram setiap bulan. Total sudah 884 tersangka peredaran gelap narkoba jaringan Fredy Pratama ditangkap dari 2020-2023.