Dolar AS Masih Tak Sanggup Lawan 6 Mata Uang Dunia

Dolar AS. Foto: Xinhua/Liu Jie.

Dolar AS Masih Tak Sanggup Lawan 6 Mata Uang Dunia

Husen Miftahudin • 21 May 2025 08:30

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) melemah lagi pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Mata uang Negeri Paman Sam itu masih tak sanggup melawan kedigdayaan enam mata uang utama dunia lainnya.
 
Mengutip Xinhua, Rabu, 21 Mei 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,31 persen menjadi 100,119.
 
Pada penutupan perdagangan New York, euro menguat menjadi USD1,1273 dari USD1,1235 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,3379 dari USD1,3356 pada sesi sebelumnya.
 
Dolar AS dibeli 144,55 yen Jepang, lebih rendah dari 144,97 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS juga turun menjadi 0,8298 franc Swiss dari 0,8348 franc Swiss.
 
Mata uang kepunyaan Donald Trump itu juga turun menjadi 1,3930 dolar Kanada dari 1,3959 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 9,6540 kronor Swedia dari 9,6928 kronor Swedia.
 

Baca juga: Rupiah Menguat ke Rp16.413 per USD Sore Ini


(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Terbebani kehati-hatian Fed

 
Ambruknya nilai tukar dolar AS itu karena terbebani sebagian oleh pernyataan yang lebih hati-hati tentang ekonomi oleh pejabat Federal Reserve. Bahkan ketika para pedagang menantikan pembicaraan AS mendatang dengan Jepang yang dapat mencakup diskusi tentang mata uang sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan.
 
Dolar AS juga tertekan oleh berita Presiden AS Donald Trump gagal meyakinkan para anggota Partai Republik di DPR untuk mendukung rancangan undang-undang pajaknya yang luas. Trump bertemu dengan para anggota Partai Republik untuk menekan sesama anggota partainya agar mendukung undang-undang tersebut.
 
Dolar AS telah dijual secara luas pada perdagangan Senin setelah Moody's menurunkan peringkat kredit negara AS karena kekhawatiran defisit pada Jumat.
 
Pejabat Fed juga menggandakan kekhawatiran mereka tentang dampak kebijakan perdagangan pemerintahan Trump terhadap ekonomi. Presiden Bank Sentral Federal St. Louis Alberto Musalem mengatakan meskipun ketegangan perdagangan AS dan Tiongkok baru-baru ini mereda, pasar tenaga kerja tampaknya akan melemah dan harga akan naik lebih tinggi.
 
Presiden Cleveland Fed Beth Hammack mengatakan perkembangan perdagangan saat ini dapat menyebabkan stagflasi, meskipun kebijakan lain dari pemerintah dapat mengimbanginya.
 
Pada Senin, pejabat Fed lainnya berbicara tentang konsekuensi dari penurunan peringkat kredit pemerintah AS terbaru dan kondisi pasar yang tidak menentu karena Fed terus menavigasi lingkungan ekonomi yang sangat tidak menentu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)