Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Husen Miftahudin • 3 September 2025 16:32
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, meski tipis.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 3 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.415,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah tipis 1,5 poin atau setara 0,01 persen dari posisi Rp16.414 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah tipis 1,5 poin, sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp16.415,5 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.414 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.410 per USD. Rupiah justru mengalami kenaikan tiga poin atau setara 0,02 persen dari Rp16.413 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.424 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah enam poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.418 per USD.
Tarif ulur tarif Trump
Ibrahim memandang pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dipengaruhi oleh berita pengadilan banding AS yang memutuskan sebagian besar tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump ilegal, dan ia hanya dapat mempertahankannya hingga pertengahan Oktober 2025.
Trump mengecam putusan tersebut dan mengatakan akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Namun, putusan lebih lanjut yang menentang
tarif Trump dapat memaksa Washington untuk menegosiasikan ulang kesepakatan perdagangan baru-baru ini, yang menandakan lebih banyak gangguan dalam perdagangan global.
Berita tersebut kemungkinan akan menjadi faktor dalam rencana Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. Kontrak berjangka dana Fed memperkirakan peluang lebih dari 90 persen Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin akhir bulan ini, menurut CME Fedwatch.
"Meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga juga telah mendorong pasar logam dalam beberapa pekan terakhir," papar Ibrahim.
Pada Rabu pagi, Beijing juga menggelar parade militer terbesarnya untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang di akhir Perang Dunia II. Parade ini menampilkan pemimpin Tiongkok Xi Jinping, didampingi Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Acara ini menyusul KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang berlangsung dari 31 Agustus hingga 1 September, di mana Tiongkok mengajukan visinya untuk tatanan keamanan dan ekonomi global baru, sebuah tantangan langsung terhadap AS. Para analis mengatakan hal ini dapat mendorong Trump untuk bereaksi dengan sanksi sekunder yang lebih berat.
Fokus juga tertuju pada potensi perundingan perdagangan bilateral antara India dan AS, setelah Washington mengenakan tarif 50 persen kepada negara Asia Selatan tersebut atas pembelian minyak Rusia. Pengawasan AS mengundang sanksi Eropa terhadap kilang minyak utama India, yang dapat semakin mengganggu pasokan global. Arab Saudi dan Irak terlihat menghentikan pengiriman minyak ke kilang minyak India, Nayara, minggu ini.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
BI pede ekonomi Indonesia tumbuh 5,4%
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen yang tertuang dalam asumsi makro pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 bisa dicapai dengan sinergi kebijakan pemerintah dan bank sentral.
BI sendiri memprakirakan ekonomi Indonesia pada 2026 tumbuh dalam kisaran 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen. Berdasarkan perhitungan bank sentral, ditambah dengan tren laju penurunan suku bunga acuan (BI-Rate), kecenderungan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mencapai 5,3 persen.
Meski begitu, bank sentral optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5,4 persen pada 2026 karena didukung dengan kebijakan fiskal serta mempertimbangkan berbagai kebijakan atau program yang dijalankan pemerintah untuk mendorong sektor riil.
Oleh karena itu, dengan dukungan ekspor dan juga peningkatan sektor-sektor di dalam negeri, baik untuk perdagangan, transportasi, maupun jasa, juga industri makanan-minuman maupun juga sektor-sektor lain, maka kegiatan ekonomi semakin menggeliat dan bisa menopang pertumbuhan ekonomi.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.380 per USD hingga Rp16.420 per USD," jelas Ibrahim.