Ilustrasi. Foto: dok MI/Susanto.
Ade Hapsari Lestarini • 24 November 2025 17:23
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Senin sore menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.699 per USD dari sebelumnya Rp16.716 per USD.
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai penguatan kurs rupiah dipengaruhi kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
"Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) pada Desember melonjak menjadi sekitar 69 persen dari sekitar 44 persen seminggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool," ujarnya dalam keterangan tertulis, dilansir Antara, Senin, 24 November 2025.
Menurut Ibrahim, pidato dari para pejabat The Fed dan data ekonomi AS yang telah dirilis mengisyaratkan perekonomian tetap solid, dengan pasar tenaga yang tangguh tetapi harga-harga tetap tinggi.

Ilustrasi mata uang dolar AS dan rupiah. Foto: dok MI/Ramdani.
Harapan pemotongan suku bunga The Fed
Peningkatan harapan pemotongan suku bunga The Fed mendapatkan pengaruh dari komentar Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams yang menyampaikan penyesuaian kebijakan mungkin dilakukan dalam waktu dekat.
Namun, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan inflasi masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja terlalu ketat untuk pemangkasan suku bunga pada tahap ini, sehingga hasilnya masih belum pasti.
Para investor saat ini disebut akan mengambil lebih banyak isyarat dari sinyal ekonomi yang beragam dan penundaan rilis data inflasi utama. Data inflasi Producer Price Index (PPI) AS dan penjualan ritel akan dirilis pada Selasa, 25 November 2025.
"PPI utama diperkirakan akan menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen MoM (
month to month) pada September, sementara penjualan ritel diproyeksikan menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen MoM," kata dia.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat di level Rp16.709 per USD dari sebelumnya Rp16.719 per USD.