Ilustrasi. Foto: MI/Usman Iskandar.
Husen Miftahudin • 24 November 2025 09:59
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan tipis.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 24 November 2025, rupiah hingga pukul 09.45 WIB berada di level Rp16.712 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis empat poin atau setara 0,02 persen dari Rp16.716 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.737 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.710 per USD hingga Rp16.740 per USD," jelas Ibrahim.
Harapan penurunan suku bunga Fed
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen laporan ketenagakerjaan AS yang tertunda dan akan dirilis pada Kamis. Ini semakin meredam harapan akan penurunan
suku bunga Federal Reserve pada periode Desember.
Data menunjukkan penambahan tak terduga sebesar 119 ribu lapangan kerja untuk September, tetapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,4 persen, dan bulan-bulan sebelumnya direvisi turun.
Selain itu, komentar hawkish dari Presiden Fed Cleveland Beth Hammack dan Gubernur Fed Michael Barr. Hammack mengatakan pelonggaran kebijakan moneter saat ini dapat mendorong risiko finansial.
Menurut Hammack pemotongan suku bunga berisiko memperpanjang inflasi tinggi dengan kondisi keuangan 'cukup akomodatif' saat ini. Sementara Barr mengaku khawatir inflasi masih di angka tiga persen, komentar yang cenderung hawkish.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Transaksi berjalan RI surplus USD4,0 miliar
Bank Indonesia melaporkan transaksi berjalan Indonesia surplus sebesar USD4,0 miliar atau 1,1 persen dari PDB pada kuartal III-2025. Ini merupakan surplus pertama sejak 10 kuartal terakhir. Posisi transaksi berjalan ini berbalik dibandingkan dengan defisit USD2,7 miliar atau 0,8 persen dari PDB pada kuartal II tahun ini.
Surplus ini ditopang oleh neraca perdagangan Indonesia yang meningkat, disumbang terutama oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas. Defisit neraca jasa menurun seiring kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Selain itu, neraca pendapatan primer mencatat defisit yang lebih rendah disebabkan oleh penurunan pembayaran imbal hasil investasi asing seiring dengan telah berlalunya periode pembayaran dividen dan bunga/kupon.
Namun, BI mencatat defisit neraca perdagangan migas meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak global. Lebih lanjut, kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
Sementara itu, investasi portofolio mencatat defisit terutama didorong oleh aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang. Selain itu, investasi lainnya juga mencatat defisit dipengaruhi terutama oleh kenaikan pembayaran pinjaman sektor swasta. Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2025 mencatat defisit sebesar USD8,1 miliar.