Rupiah. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 11 September 2025 09:51
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan, setelah melemah cukup dalam imbas sentimen negatif dari pasar keuangan terhadap perombakan Kabinet Merah Putih pada Senin, 8 September 2025, lalu.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 11 September 2025, rupiah hingga pukul 09.37 WIB berada di level Rp16.460 per USD. Mata uang Garuda naik tipis 9,5 poin atau setara 0,06 persen dari posisi Rp16.469,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.433 per USD, naik 22 poin atau setara 0,13 persen dari Rp16.455 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.420 per USD hingga Rp16.470 per USD," jelas Ibrahim.
Inflasi PPI AS turun
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan indeks harga produsen atau
producer price index (PPI) turun 0,1 persen pada Agustus 2025, menyusul kenaikan 0,7 persen yang direvisi turun pada Juli dan di bawah ekspektasi pasar yang justru diperkirakan naik 0,3 persen.
Inflasi harga produsen secara tahunan mengalami pertumbuhan 2,6 persen (yoy) pada Agustus 2025, turun dari posisi bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,3 persen (yoy).
Adapun data
inflasi harga produsen untuk periode Agustus 2025 jauh lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,3 persen.
Laporan tersebut menghubungkan penurunan PPI pada Agustus dengan penurunan harga jasa sebesar 0,2 persen, sementara indeks barang naik sedikit 0,1 persen.
Indeks Harga Konsumen (IHK) inti, tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, turun 0,1 persen secara bulanan (mtm) dan tumbuh 2,8 persen secara tahunan (yoy) di Agustus. Tidak termasuk harga pangan, energi, dan jasa perdagangan, IHK inti mencatat kenaikan 0,3 persen (mtm) naik tipis 2,8 persen (yoy).
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Komitmen pemerintah jaga rasio utang
Ibrahim meyakini, komitmen pemerintah menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 39 persen bakal menjadi sentimen positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini. Sejauh ini, rasio utang masih terjaga di level aman.
“Namun pemerintah bukan mengejar naik atau turunnya rasio utang, melainkan mengejar pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih cepat dan PDB bertambah besar, maka dengan sendirinya rasio utang akan turun,” jelas Ibrahim.
Terkait dukungan dari sisi moneter, Ibrahim menilai perlu ada sinergi kebijakan fiskal dan moneter agar tidak menekan sistem perbankan. Arah kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat daya tahan perekonomian sekaligus menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat dalam jangka menengah, agar tetap menjaga defisit APBN di rentang maksimal tiga persen.
“Untuk meningkatkan batas defisit APBN dari tiga persen, pemerintah akan melihat perkembangan ekonomi ke depan terlebih dahulu, apalagi sudah jelas di dalam Undang-undang ditetapkan batas maksimal defisit anggaran ada di tiga persen,” papar dia.
Selain itu, pemerintah tengah menyiapkan stimulus tambahan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Masalah utama terletak pada pelaksanaan program pemerintah yang masih berjalan lambat.
“Percepatan realisasi belanja dan program prioritas diharapkan mampu memberikan dorongan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional dalam waktu dekat,” tutur Ibrahim.