Dorong Perempuan Laporkan Kekerasan Seksual di Medsos, Sahroni: Polisi Jemput Bola

Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni saat menjadi pembicara dalam Menghadapi Ancaman Cyber Crime di Era Digital. Foto: Istimewa.

Dorong Perempuan Laporkan Kekerasan Seksual di Medsos, Sahroni: Polisi Jemput Bola

Anggi Tondi Martaon • 18 June 2025 18:57

Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengajak perempuan melaporkan kekerasan seksual yang terjadi di media sosial (medsos). Polisi diminta merespons dengan cepat laporan tersebut.

Hal itu disampaikan Sahroni saat menjadi pembicara dalam acara HUT Keluarga Besar Wirawati Catur Panca Ke-49, yang digelar di Kementerian PPPA, Jakarta. Acara yang turut dihadiri oleh Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi ini mengangkat tema Menghadapi Ancaman Cyber Crime di Era Digital.

"Jadi memang di era sekarang, polisi harus jemput bola, usut pengaduan di medsos, tanpa berbelit-belit administrasi. Yang penting kan substansi keadilannya,” kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Rabu, 18 Juni 2025.

Bendahara Umum (Bendum) DPP Partai NasDem itu menyampaikan, semua pihak dinilai mudah menyampaikan laporan dengan kemajuan teknologi. Salah satunya, dengan memviralkan kekerasan seksual yang dialami.

“Saya sebagai pengguna media sosial juga sering kali mendapat aduan kekerasan seksual masuk ke DM (direct message) saya, yang kemudian saya minta follow up agar polisi usut," ungkap dia.
 

Baca juga: 

Legislator Dorong Polri Beri Hukuman Berat Eks Kapolres Ngada


Selain itu, Sahroni juga menekankan urgensi pengaturan artificial intelligence (AI) di Indonesia. Sebab, teknologi seperti deepfake dapat digunakan untuk merusak reputasi seseorang.

“Dan dalam derasnya kemajuan teknologi ini, Indonesia tidak bisa hanya menjadi pengguna. Kita perlu menyikapi ini dengan memiliki regulasi khusus terkait penggunaan AI," sebut dia.

Legislator asal Dapil DKI Jakarta III itu mencontohkan regulasi Take It Down Act yang telah diterapkan di Amerika Serikat. Payung hukum itu memberi perlindungan bagi masyarakat dari konten AI yang bersifat merusak, terutama anak-anak dan perempuan. 

"Dan kita sebagai orang tua, terlebih saya sedang di depan ibu-ibu pejuang, kita harus bisa jadi garda terdepan memberikan literasi digital. Minimal ke keluarga dan lingkungan tedekat,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)