Rupiah Awal Pekan Melemah 0,18% ke Rp16.239/USD

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Ramdani.

Rupiah Awal Pekan Melemah 0,18% ke Rp16.239/USD

Husen Miftahudin • 29 April 2024 10:17

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 April 2024, rupiah hingga pukul 09.50 WIB berada di level Rp16.239 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 29 poin atau setara 0,18 persen dari Rp16.210 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan, produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6 persen pada periode Januari-Maret, lebih lambat dari tingkat pertumbuhan 2,4 persen yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
 
Laporan tersebut juga menunjukkan inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7 persen pada kuartal pertama, melampaui perkiraan kenaikan 3,4 persen.
 
Kejutan inflasi menempatkan fokus yang lebih besar dari biasanya pada rilis data indeks harga PCE untuk Maret pada Jumat. Indeks PCE, dan indeks PCE inti yang memperhitungkan harga pangan dan energi merupakan salah satu ukuran paling penting yang digunakan oleh The Fed dalam mengukur perilaku harga.
 
"Inflasi masih berada di atas target inflasi bank sentral AS sebesar dua persen," jelas Ibrahim dikutip dari analisis hariannya.
 
Investor memperkirakan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang berakhir pada Jumat tidak akan cukup hawkish untuk mendukung mata uang tersebut. Investor memperkirakan level dolar/yen 155 akan menjadi batasan bagi otoritas Jepang, di mana BOJ dapat melakukan intervensi untuk menopang mata uang tersebut.
 
Menyusul data PDB, pasar suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga Fed sebesar 58 persen pada September, turun dari 70 persen pada Rabu, menurut alat FedWatch CME Group (NASDAQ:CME).
 
Pedagang suku bunga berjangka pada Kamis memperhitungkan kemungkinan 68 persen penurunan suku bunga pertama The Fed sejak 2020 dapat terjadi pada pertemuannya di November.
 

Baca juga: Kenaikan BI Rate Disebut Bikin Rupiah dan Inflasi Terjaga
 

Kinerja APBN terjaga

 
Menteri Keuangan (Kemenkeu) Sri Mulyani mengatakan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terjaga dalam posisi surplus hingga Maret 2024. APBN hingga Maret atau satu kuartal terlihat positif meskipun tetap waspada karena kondisi geopolitik meningkat.
 
Sedangkan, posisi total dari APBN masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04 persen dari GDP, dari sisi keseimbangan primer surplus Rp122,1 triliun.
 
Kemudian, kinerja surplus itu terjadi karena pendapatan negara lebih besar dibandingkan belanja APBN. Untuk pendapatan negara hingga Maret telah terkumpul Rp620,01 triliun atau setara 22,1 persen dari target Rp2.802,3 triliun pada kuartal pertama. Jika dibandingkan periode tahun sebelumnya, pendapatan ini menurun 4,1 persen. 
 
Sementara dari sisi belanja negara sekitar Rp611,9 triliun atau setara 18,4 persen dari pagu belanja tahun ini sebesar Rp3.325,1 triliun yang sudah dibelanjakan. Sehingga jika penerimaan negara telah terkumpul 22 persen dari target, maka belanja negara sudah direalisasikan 18,4 persen dalam satu kuartal ini.
 
"Kalau dilihat belanja kuartal pertama ini yaitu Januari sampai Maret 18 persen, kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, ini berarti memang ada belanja-belanja yang cukup front loading seperti penyelenggaraan pemilu," terang Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan.
 
"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.180 per USD hingga Rp16.260 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)