Waspada! Rupiah Sudah Jeblok ke Rp16.595/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI/Susanto.

Waspada! Rupiah Sudah Jeblok ke Rp16.595/USD

Ade Hapsari Lestarini • 28 February 2025 17:53

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau makin jeblok pada perdagangan sore ini. Mata uang Garuda minim sentimen sejak pembukaan perdagangan.

Mengacu data Bloomberg, Jumat, 28 Februari 2025, rupiah merosot hingga 141,5 poin atau 0,86 persen menjadi Rp16.595 per USD dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.568 per USD.

Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah hingga 131 poin atau 0,79 persen menjadi Rp16.575 per USD dibandingkan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.554 per USD.

Adapun berdasarkan data kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat alias Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) yakni Rp16.575 per USD.


Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto
 

Baca juga: Rupiah Terkapar ke Rp16.568/USD
 

Investor asing keluar


Masih terus keluarnya investor asing dan melemahnya nilai tukar rupiah ke level Rp16.450 per USD, menunjukkan kondisi pasar masih penuh dengan ketidakpastian. Pasar disebut belum memiliki optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang akan banyak berdampak kepada kinerja perusahaan.

Sementara, dalam dua hari terakhir, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS atau fed fund rate (FFR) lebih banyak cenderung mengalami peningkatan seiring perkembangan data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Indeks Dollar (DXY) tercatat stabil di bawah 107 dalam lima hari terakhir dan imbal hasil US Treasury (UST) tenor 10 tahun terus mengalami penurunan dan kemarin ditutup pada level 4,27 persen. Di sisi lain, perkembangan ekonomi AS tersebut menyebabkan tren penurunan Dow Jones dan S&P500 sejak pekan lalu.

"Pasar masih cenderung bersifat berhati-hati, apalagi ketidakpastian global masih tinggi untuk melihat jelas arah ekonomi ke depan," ungkap tim research Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Di tengah ketidakpastian pasar, Bank Indonesia (BI) diminta melakukan kebijakan yang lebih pro-growth atau pro-pertumbuhan untuk meningkatkan optimisme pasar. Serta, membuka kemungkinan akan penurunan suku bunga di bulan Ramadan ataupun di kuartal II-2025, yang biasanya tidak lazim dilakukan karena efek inflasi dan peningkatan permintaan valas secara musiman. Hal ini dilakukan untuk mendorong optimisme terhadap prospek pertumbuhan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)