Jakarta: Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengeluarkan Surat Edaran Nomor 51/PA.03/Disdik yang mengatur jam malam bagi pelajar. Dalam kebijakan tersebut, Dedi menetapkan bahwa pelajar tidak diperbolehkan berada di luar rumah antara pukul 21.00 hingga 04.00 WIB.
Menetapkan jam malam bagi anak dan remaja sebenarnya merupakan langkah penting dalam membentuk kebiasaan sehat, meningkatkan disiplin, serta melindungi mereka dari risiko kesehatan fisik maupun mental.
Menurut Psikolog Klinis Forensik lulusan Universitas Indonesia A Kasandra Putranto, jam malam tidak hanya berlaku untuk kegiatan di luar rumah, tapi juga aktivitas digital yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja.
Berikut adalah panduan untuk menetapkan jam malam bagi anak remaja baik secara tradisional dan digital.
1. Jam Malam Tradisional
Jam malam tradisional merujuk pada batasan waktu pulang ke rumah di malam hari. Aturan ini bergantung pada nilai-nilai keluarga dan ekspektasi orang tua, yang tentunya berbeda antara anak usia sekolah dasar, remaja SMP, dan SMA.
Pastikan jam malam itu rasional dan harus masuk akal, karena aturan yang terlalu ketat bisa menimbulkan perlawanan. Orang tua disarankan untuk melibatkan anak dalam menetapkan jam malam, mempertimbangkan kenyamanan kedua belah pihak dan menyesuaikannya dengan jadwal kegiatan positif sang anak.
"Agar jam malam berhasil, jam malam itu harus masuk akal. Pertimbangkan untuk bertanya kepada anak dan remaja tentang jam malam yang menurut mereka masuk akal," kata Kasandra saat dihubungi, Kamis, 11 Juni 2025.
Kasandra mengatakan, seiring bertambahnya usia, waktu jam malam dapat berubah. Mulai dari pukul 17.00, 19.00, 21.00, menjadi pukul 23.00, bahkan sampai pukul 24.00 malam. Saat memasuki masa kuliah, jam malam bisa diperpanjang dengan syarat mereka tetap memberi kabar kepada orang tua atau menelepon terlebih dahulu.
Beberapa negara atau wilayah memiliki aturan hukum formal tentang jam malam, di mana anak atau remaja di bawah usia 18 tahun tidak boleh berada di luar rumah atau mengemudi pada waktu tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui peraturan lokal yang berlaku.
Alasan utama di balik jam malam adalah kebutuhan akan tidur yang cukup untuk perkembangan otak. Anak dan remaja berusia 13–18 tahun membutuhkan sekitar 8–10 jam tidur berkualitas setiap malam.
Kurang tidur dapat meningkatkan risiko gangguan seperti diabetes, obesitas, overthinking, serta kesulitan konsentrasi. Di Amerika, tercatat bahwa 7 dari 10 siswa sekolah menengah kurang tidur dalam seminggu, hal ini tentunya berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.
"Jika anak dan remaja mengalami kurang tidur karena mereka begadang, jam malam yang lebih awal dapat membantu mereka mendapatkan istirahat yang mereka butuhkan," lanjutnya.
Menurut Kasandra, penting juga untuk menetapkan harapan yang jelas. Misalnya, remaja harus menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum diizinkan keluar rumah.
Pendekatan ini tak hanya membentuk disiplin, tapi juga mengajarkan empati, karena mereka akan lebih menghargai orang yang membuka pintu saat mereka pulang malam.
2. Jam Malam Digital
Di zaman serba digital ini, jam malam juga perlu diterapkan untuk aktivitas online. Artinya, anak dan remaja perlu dibatasi dalam penggunaan ponsel, video game, TV, tablet, atau laptop, khususnya di malam hari.
"Di era COVID-19, jam malam digital lebih relevan dari sebelumnya. Tanpa jam malam digital, mudah bagi remaja untuk online dengan teman kapan saja, siang atau malam," tambah Kasandra.
Seorang dokter anak di Mayo Clinic Nusheen Ameenuddin, MD, menyarankan agar semua perangkat elektronik dimatikan sebelum waktu tidur.
“Kami memiliki semua penelitian bagus yang menunjukkan bahwa ketika anak-anak dan bahkan orang dewasa membawa perangkat elektronik ke tempat tidur atau ke kamar tidur, cahaya biru sebenarnya mengaktifkan bagian otak mereka yang membuat mereka tetap waspada,” kata Nusheen.
“Kami merekomendasikan agar keluarga mematikan perangkat setidaknya satu jam sebelum tidur,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Pakar kesehatan remaja dari UW Health di University of Wisconsin-Madison Megan Moreno, MD, juga mengingatkan pentingnya konsistensi seluruh anggota keluarga.
“Satu hal yang saya lihat dari pasien di klinik dan dalam beberapa studi penelitian kami adalah bahwa jika ada jam malam digital, akan bekerja paling baik jika semua orang dalam keluarga mengikutinya,” kata Megan.
“Jika ada jam malam digital pukul 9 malam dan seorang remaja mematuhinya tetapi mereka melihat orang tua mereka menggulir, itu mungkin akan menjadi bumerang bagi orang tua," tambahnya.
Oleh karena itu, setiap keluarga dapat menetapkan jam malam digital berbeda-beda. Misalnya, membatasi permainan video game hanya dua jam setelah pekerjaan rumah selesai, dan mematikan ponsel satu jam sebelum tidur.
Dengan menyeimbangkan kebutuhan anak dan nilai keluarga, serta menerapkan jam malam tradisional dan digital secara bijak, orang tua dapat membantu remaja tumbuh sehat, bertanggung jawab, dan tetap terhubung secara emosional dengan lingkungan sekitarnya.