Kebijakan Moneter AS dan Jepang Jadi Perhatian Utama Pasar Keuangan

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Kebijakan Moneter AS dan Jepang Jadi Perhatian Utama Pasar Keuangan

Fetry Wuryasti • 31 October 2023 12:24

Jakarta: Pekan ini, selain pertemuan The Fed pada Rabu, 1 November 2023 waktu setempat, perhatian pasar tertuju pada sejauh mana Menteri Keuangan AS Janet Yellen akan meningkatkan pinjaman melalui utang jangka panjang untuk menutup defisit anggaran AS yang semakin lebar.

"Sebanyak dua dari tiga lembaga pemeringkat juga sudah menurunkan rating Amerika, yang disebabkan oleh dinamika politik yang dianggap terlalu berbahaya bagi keberlangsungan Amerika," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa, 31 Oktober 2023.

Hal ini memberi risiko tambahan bagi Yellen untuk memberikan imbal hasil surat utang AS yang lebih tinggi, karena adanya penambahan risiko bagi perekonomian Amerika.

Belum lagi aksi jual yang terjadi belakang ini, telah mendorong imbal hasil obligasi US Treasury memiliki alasan untuk naik lebih tinggi melebihi masa masa ketika terjadinya krisis keuangan.

"Sejauh ini Kementrian Keuangan AS juga menunjukkan defisit anggaran yang kira kira dua kali lipat lebih besar apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang secara efektif mencapai USD2,02 triliun," jelas Nico.

 

Yield Japan Government Bond lewati batas


Sementara itu, Bank Sentral Jepang akan melakukan pembahasan, imbal hasil Japan Government Bond 10 tahun akan dibiarkan untuk melewati batas satu persen. Hal ini mencuri perhatian pelaku pasar dan investor.

Sebab Bank Sentral Jepang selalu terkenal dengan Yield Curve Controlnya, yang memang diperuntukkan untuk menjaga imbal hasil untuk tetap rendah. Ada kemungkinan Bank Sentral Jepang akan memberikan fleksibilitas terhadap pergerakan imbal hasil untuk sementara waktu naik di atas satu persen, dengan asumsi tingkat suku bunga Bank Sentral Jepang tidak berubah.

"Kabar baik bagi mata uang Yen, yang selama ini mengalami depresi terhadap dolar, menjadi menguat hingga 149 yen per dolar untuk pertama kalinya dalam waktu dua minggu terakhir," kata Nico.

Sebelumnya, Bank Sentral Jepang menjaga imbal hasil Japan Government Bond untuk berada di kisaran 0,5 persen, dengan titik maksimal satu persen. Meski demikian, Kazuo Ueda sebetulnya disarankan agar imbal hasil Japan Government Bond untuk tidak mencapai satu persen.

Namun kenyataannya, imbal hasil 10 tahun berhasil menyentuh 0,89 persen kemarin, dan merupakan tertinggi sejak Juli 2013.

Saat ini situasi dan kondisi yang ada, mulai dari kenaikan imbal hasil, pelemahan yen, hingga inflasi yang berkelanjutan menjadi sebuah perhatian bagi Bank Sentral Jepang. Mereka tampaknya akan melakukan beberapa penyesuaian terhadap Yield Curve Control pada pertemuan pekan ini.

Kenaikan imbal hasil akan mempengaruhi Yen, karena sejauh ini setiap putaran pembelian obligasi Japan Government Bond merupakan salah satu langkah untuk menjaga pelonggaran kebijakan moneter namun terukur.

Baca juga: Fed Bakal Pertahankan Suku Bunga Lagi

 

Sentimen internal


Community Lead IPOT Angga Septianus mengatakan dari sentimen eksternal dan internal pada minggu ini yang wajib pula dicermati yakni dari Amerika Serikat ada S&P Global Manufacturing PMI dengan konsensus 50 yang didukung consumer spending dan pasar tenaga kerja yang kuat.

"Ada pula suku bunga The Fed yang diprediksi tetap di 5,5 persen dan unemployment rate yang diprediksi akan tetap di 3,8 persen sama seperti pada September lalu," kata Angga.

Adapun sentimen dari dalam negeri yakni ekspektasi pertumbuhan ekonomi (PDB) yang positif didukung output dari pertambangan, manufaktur, ritel dan transportasi yang meningkat, tingkat inflasi Oktober yang diprediksi meningkat ke 2,6 persen setelah turun drastis pada September di 2,28 persen dibandingkan 3,27 persen di Agustus.

"Inflasi disebabkan oleh kenaikan harga makanan, minuman, dan tembakau terutama beras, gula pasir, dan cabai," kata Angga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)