Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
Husen Miftahudin • 25 November 2025 09:45
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kemali mengalami penguatan.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 25 November 2025, rupiah hingga pukul 09.35 WIB berada di level Rp16.655 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 44 poin atau setara 0,25 persen dari Rp16.699 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.704 per USD. Rupiah justru melemah 14 poin atau setara 0,08 persen dari Rp16.690 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.690 per USD hingga Rp16.730 per USD," jelas Ibrahim.
Taruhan penurunan suku bunga melonjak
Ibrahim mengungkapkan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen pidato para pejabat The Fed dan kembalinya data ekonomi AS yang mengisyaratkan perekonomian solid, dengan pasar tenaga kerja yang tangguh tetapi harga-harga tetap tinggi.
Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) pada Desember melonjak menjadi sekitar 69 persen dari sekitar 44 persen seminggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool.
Kenaikan ekspektasi mencerminkan komentar John Williams dari The Fed New York, yang menunjukkan penyesuaian kebijakan mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Namun, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan inflasi masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja terlalu ketat untuk pemangkasan suku bunga pada tahap ini, sehingga hasilnya masih belum pasti.
Para pedagang saat ini akan mengambil lebih banyak isyarat dari sinyal ekonomi yang beragam dan penundaan rilis data inflasi utama. Data inflasi PPI AS dan penjualan ritel akan dirilis pada Selasa.
"PPI utama diperkirakan akan menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen MoM pada September, sementara Penjualan Ritel diproyeksikan menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen MoM selama periode laporan yang sama," papar Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Ekonomi Indonesia semakin solid
Sementara itu, IMF menilai Indonesia berada pada lintasan pertumbuhan kuat dengan fondasi makro yang semakin solid. Proyeksi pertumbuhan 5,0 persen sampai 5,8 persen pada 2025 dan 5,0 persen hingga 6,0 persen pada 2026 sebagai indikasi stabilitas Indonesia tidak hanya terjaga, tetapi terus menguat.
Kerangka kebijakan pemerintah meliputi investasi infrastruktur, penguatan industrialisasi hilir, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja telah membentuk basis
pertumbuhan yang lebih kokoh dalam beberapa tahun terakhir.
"Selain itu, bauran kebijakan fiskal dan moneter Indonesia sebagai bentuk 'rekayasa presisi' yang menjaga stabilitas makro sekaligus memperluas daya tarik investasi," terang Ibrahim.
Sedangkan Bank Indonesia lewat berbagai indikator utama menunjukkan ketahanan struktural yang signifikan. Bank Indonesia dinilai menjalankan pelonggaran terukur sambil menjaga stabilitas eksternal, didukung inflasi yang stabil di sekitar
Dalam proyeksinya, stabilitas akan menjadi aset strategis Indonesia, stabilitas tersebut sebagai 'mata uang strategis' yang memperkuat posisi Indonesia menuju Visi Indonesia Emas 2045. Kejelasan kebijakan, konsistensi regulasi, dan disiplin fiskal dinilai menciptakan lingkungan yang "secara struktural investable."
Dengan fondasi makro yang terus menguat dan validasi berulang dari lembaga internasional maupun pelaku pasar, Indonesia berada pada posisi yang menguntungkan untuk mempertahankan ketahanan ekonomi serta menarik investasi berkualitas pada fase transformasi berikutnya.