Ilustrasi rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
Husen Miftahudin • 18 November 2025 16:13
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 18 November 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.751 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 15,5 poin atau setara 0,09 persen dari posisi Rp16.735,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 15,5 poin, sebelumnya sempat melemah 35 poin di level Rp16.751 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.735,5 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.740 per USD. Rupiah melemah 11 poin atau setara 0,07 persen dari Rp16.729 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.760 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 26 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.734 per USD.
Investor 'cari wangsit' soal kebijakan moneter Fed
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar yang masih mencari pandangan tentang kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) setelah berakhirnya penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS, yang menunda publikasi beberapa data ekonomi resmi.
Beberapa pembuat kebijakan The Fed, termasuk Presiden The Fed Atlanta Bostic dan Presiden The Fed Kansas City Schmid, menyuarakan kekhawatiran tentang inflasi atau mengisyaratkan dukungan untuk mempertahankan
suku bunga tetap.
Di sisi lain, data penggajian nonpertanian untuk September, yang akan dirilis Kamis ini, kemungkinan akan menjadi data resmi terbaru di pasar tenaga kerja sebelum pertemuan The Fed pada 10-11 Desember. CME Fedwatch menunjukkan pasar memperkirakan peluang 42,4 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan peluang 57,6 persen untuk mempertahankan suku bunga.
"Saat ini fokus pasar adalah risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Oktober yang akan dirilis pada Rabu. Selanjutnya Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) akan merilis angka Nonfarm Payrolls September pada Kamis," jelas Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Utang Luar Negeri Indonesia turun
Sementara itu, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Oktober 2025 tercatat USD424,4 miliar, atau menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada Juli 2025 sebesar USD432,3 miliar. Secara tahunan, ULN Indonesia terkontraksi 0,6 persen (yoy) pada kuartal III-2025, menurun dibandingkan kuartal II-2025 yang tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy)
Sementara itu, BI juga mencatat ULN pemerintah tumbuh melambat. Posisi ULN pemerintah pada kuartal III-2025 tercatat sebesar USD210,1 miliar atau secara tahunan tumbuh 2,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 10,0 persen (yoy) pada kuartal II-2025.
Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Selanjutnya, berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 23,1 persen dari total ULN Pemerintah.
Meski begitu, struktur ULN Indonesia dinyatakan tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,5 persen pada kuartal III-2025, dari 30,4 persen pada kuartal II-2025.
Serta dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa 86,1 persen dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Rabu besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.750 per USD hingga Rp16.770 per USD," jelas Ibrahim.