Rupiah Mulai Menguat Lagi, Pagi Ini Naik 38,5 Poin

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Rupiah Mulai Menguat Lagi, Pagi Ini Naik 38,5 Poin

Husen Miftahudin • 10 September 2025 09:35

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah melemah cukup dalam imbas sentimen negatif dari pasar keuangan terhadap perombakan Kabinet Merah Putih pada Senin lalu.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 10 September 2025, rupiah hingga pukul 09.26 WIB berada di level Rp16.443 per USD. Mata uang Garuda naik 38,5 poin atau setara 0,23 persen dari posisi Rp16.481,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.435 per USD, turun dua poin atau setara 0,01 persen dari RpRp16.433 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.480 per USD hingga Rp16.540 per USD," jelas Ibrahim.
 

Baca juga: Penutupan Perdagangan Sore: IHSG Ambruk, Rupiah Terseok
 

Perpolitikan di Eropa memanas


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen perpolitikan di Eropa yang semakin memanas setelah Perdana Menteri (PM) Prancis Francois Bayrou mengundurkan diri karena kehilangan mosi kepercayaan di Majelis Nasional. 

Sementara ketidakpastian politik di Jepang setelah pengunduran diri PM Shigeru Ishiba dan prospek sanksi AS yang lebih ketat terhadap Rusia menyusul serangan mematikan Moskow terhadap Ukraina di akhir pekan, juga berkontribusi pada permintaan aset safe haven untuk emas batangan.

"Kemudian, beberapa data menunjukkan penurunan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja AS. Yang paling menonjol adalah data penggajian nonpertanian, yang menunjukkan AS hampir tidak menciptakan lapangan kerja baru di Agustus," jelas Ibrahim.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve AS akan bertemu minggu depan, dan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga seperempat poin sebesar 89,4 persen. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Beberapa pejabat The Fed memberi sinyal dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral akan terbuka terhadap penurunan suku bunga di tengah semakin banyaknya tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja.

Namun, mereka juga menunjukkan kehati-hatian terhadap inflasi yang masih tinggi, terutama dalam menghadapi kenaikan harga akibat tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump. 

"Data inflasi AS untuk Agustus akan dirilis minggu ini, dengan pasar mengamati kemungkinan kenaikan inflasi lebih lanjut, mengingat sebagian besar tarif Trump mulai berlaku bulan lalu," papar dia.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Pencopotan Sri Mulyani picu kekhawatiran arah fiskal Indonesia


Di sisi lain, Ibrahim menilai pencopotan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan memicu kekhawatiran investor global atas arah fiskal Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai pengganti Sri Mulyani, ditunjuklah Purbaya Yudhi Sadewa.

"Kabar mundurnya Sri Mulyani sebenarnya sudah berembus dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya gejolak politik dan protes publik terkait fasilitas mewah anggota parlemen," urai Ibrahim

Bahkan, kediamannya sempat dijarah demonstran, memicu kekhawatiran Sri Mulyani akan mengundurkan diri. Isu tersebut sempat mendorong aksi jual saham dan obligasi domestik, sebelum akhirnya mereda setelah Sri Mulyani menepis rumor lewat pernyataan di akun Instagram pribadinya pekan lalu.

"Namun, pencopotannya secara mendadak pada Senin malam justru semakin mengejutkan pasar," aku Ibrahim.

Menurut dia, Sri Mulyani adalah simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik maupun. Ia merupakan jangkar sentimen investor berkat pengalaman dan rekam jejaknya, berbagai krisis mulai dari anjloknya rupiah pada 2018 hingga pandemi covid-19, selalu tampil sebagai figur yang menenangkan pasar.

"Oleh karena itu, kepergiannya kali ini dinilai berpotensi mengguncang kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia," sebut dia.

Pasar langsung bereaksi negatif terhadap reshuffle tersebut, terbukti arus keluar modal asing atau capital outflow dari saham mencapai USD254 juta hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)