Rupiah Naik Tipis 0,03% Pagi Ini

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen

Rupiah Naik Tipis 0,03% Pagi Ini

Husen Miftahudin • 21 May 2025 09:26

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan meski tipis.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 21 Mei 2025, rupiah pada pukul 09.10 WIB berada di level Rp16.407,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 5,5 poin atau setara 0,03 persen dari Rp16.413 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.404 per USD. Rupiah juga menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp16.409 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.350 per USD hingga Rp16.420 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Dolar AS Masih Tak Sanggup Lawan 6 Mata Uang Dunia
 

Nuklir Iran hingga RUU Pajak Trump


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen pembahasan mengenai program nuklir Iran yang akan tidak menghasilkan apa-apa jika Washington bersikeras agar Teheran memangkas aktivitas pengayaan uranium sepenuhnya.

Pernyataan tersebut muncul setelah Utusan Khusus AS Steve Witkoff menegaskan kembali Washington akan mengharuskan setiap kesepakatan baru untuk menyertakan pakta untuk menahan diri dari pengayaan, pendahulu pengembangan bom nuklir.

Pasar juga fokus pada pengesahan RUU pemotongan pajak yang luas di AS, yang dapat diputuskan oleh DPR minggu ini. Kritikus RUU tersebut berpendapat, RUU dapat semakin meningkatkan defisit fiskal, yang menghadirkan risiko yang lebih besar bagi ekonomi terbesar di dunia.

Di Asia, Bank Rakyat Tiongkok memangkas suku bunga acuan pinjaman utama seperti yang diharapkan, sehingga suku bunga semakin mendekati rekor terendah. Pemangkasan tersebut mengisyaratkan Beijing terbuka untuk memberikan lebih banyak stimulus moneter guna mendukung perekonomian.

"Namun, kenaikan di pasar Tiongkok dibatasi oleh peringatan dari Beijing dimana pembatasan ketat AS terhadap ekspor chip ke Tiongkok mengancam akan merusak kemajuan dalam deeskalasi perdagangan antara kedua negara," papar Ibrahim.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Waspada kenaikan rasio utang


Dari dalam negeri, ekonom memperingatkan pemerintah untuk tetap waspada terhadap rasio utang yang kini berada di kisaran 40 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sekalipun masih jauh dari ambang batas 60 persen.

Adapun, rasio utang pemerintah per akhir Maret 2025 senilai Rp9.057,96 triliun (di luar pinjaman dalam negeri). Menggunakan asumsi PDB 2024 yang sejumlah Rp22.139 triliun, artinya rasio utang pemerintah telah mencapai 40,91 persen.

"Level utang saat ini masih di bawah ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, tetapi bukan berarti dapat tenang begitu saja. Namun tren kenaikannya tetap perlu diwaspadai, terutama dalam konteks pembiayaan dan stabilitas jangka menengah," ucap Ibrahim mengingatkan.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah perlu mengambil langkah yang lebih hati-hati dan strategis. Pertama, pembiayaan harus mulai lebih diarahkan pada sumber domestik dengan memperluas basis investor lokal, termasuk mendorong lebih banyak penerbitan SBN ritel.

Kedua, belanja negara mesti difokuskan pada program-program dengan multiplier effect tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penerimaan pajak, pemerintah juga tentu bisa memprioritaskan belanja termasuk di dalamnya program belanja flagship seperti MBG.Ketiga, strategi lindung nilai (hedging) atas utang valas juga harus diperkuat, agar volatilitas rupiah tidak serta-merta memperbesar beban APBN.

"Terakhir, tidak kalah penting adalah memperkuat reformasi perpajakan. Masalahnya, selama rasio pajak Indonesia masih rendah, maka kebutuhan pembiayaan akan selalu besar dan ketergantungan terhadap utang sulit dikurangi," tukas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)