Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar AS. Foto: dok MI/Susanto.
Husen Miftahudin • 30 October 2025 16:09
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 30 Oktober 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.636 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 19 poin atau setara 0,11 persen dari posisi Rp16.617 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Di perdagangan hari ini, rentang pergerakan rupiah berada pada level Rp16.597 per USD hingga Rp16.648 per USD. Sementara return year to date (ytd) return tercatat 3,12 persen.
Sementara itu, data Yahoo Finance menunjukkan rupiah juga berada di zona merah pada posisi Rp16.635 per USD. Rupiah melemah sembilan poin atau setara 0,05 persen dari Rp16.626 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Soroti pemangkasan suku bunga Fed
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pertemuan kebijakan The Fed secara luas diantisipasi akan mencapai puncaknya di kemudian hari dengan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Menurut perangkat CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan
suku bunga sebesar 25 bps hampir 100 persen. "Ini akan menjadi penurunan suku bunga kedua berturut-turut, setelah pertemuan kebijakan The Fed di September," tutur Ibrahim.
Menurut dia, investor memberikan perhatian khusus pada arahan ke depan dari para pembuat kebijakan. "Jika Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal pemotongan lebih lanjut mungkin ditunda atau inflasi tetap menjadi perhatian, imbal hasil riil yang lebih tinggi atau dolar yang lebih kuat," papar dia.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Disarankan jaga kesehatan fiskal jangka menengah
Di sisi lain, lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia atau Sovereign Credit Rating (SCR) pada level BBB+ dengan outlook stabil pada 24 Oktober 2025.
Dalam keterangannya, R&I menilai inflasi Indonesia masih stabil, sementara rasio utang pemerintah tetap rendah dengan kebijakan fiskal dan moneter yang dianggap prudent.
"Hanya saja, lembaga yang bermarkas di Jepang itu menekankan perlunya asesmen lanjutan atas langkah pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi sambil menjaga kesehatan fiskal jangka menengah," ucap Ibrahim.
Adapun, R&I memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,0 persen pada 2025, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia yang menempatkan pertumbuhan di atas titik tengah rentang 4,6 persen sampai 5,4 persen.
Inflasi diperkirakan tetap berada dalam kisaran sasaran, sementara defisit transaksi berjalan diproyeksikan sekitar satu persen terhadap PDB. Dari sisi fiskal, pemerintah disebut tetap berkomitmen menjaga defisit di bawah tiga persen dari produk domestik bruto (PDB).