Rupiah Tersungkur 0,08% Kamis Pagi

Ilustrasi. Foto: MI/Usman Iskandar.

Rupiah Tersungkur 0,08% Kamis Pagi

Husen Miftahudin • 13 November 2025 09:17

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 13 November 2025, rupiah hingga pukul 09.08 WIB berada di level Rp16.730 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 13 poin atau setara 0,08 persen dari Rp16.717 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.695 per USD. Mata uang Garuda tersebut justru menguat 22 poin atau setara 0,13 persen dari Rp16.717 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.720 per USD hingga Rp16.760 per USD," jelas Ibrahim.
 

Baca juga: Terpukul Sejak Pagi, Rupiah tak Berdaya Lawan Dolar AS
 

Terseret potensi berakhirnya penutupan Pemerintah AS


Ibrahim mengungkapkan, kurs rupiah hari ini terseret oleh keraguan atas rencana Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih lanjut juga membebani emas, karena dolar menemukan pijakannya di perdagangan Asia. 

"Pasar juga mencermati pemeriksaan Mahkamah Agung atas tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump, meskipun putusan tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat," terang Ibrahim.

DPR AS akan melakukan pemungutan suara untuk mengakhiri penutupan pemerintah setelah Senat AS menyetujui langkah yang bertujuan untuk membuka pengeluaran pemerintah dan mengakhiri penutupan pemerintah terlama yang pernah ada.

RUU tersebut sekarang akan dibawa ke DPR untuk persetujuan lebih lanjut, dengan badan yang dikendalikan Partai Republik tersebut telah mengisyaratkan akan menyetujui RUU tersebut pada hari Rabu. 

Setelah ini, RUU tersebut akan diserahkan kepada Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang. Berakhirnya penutupan pemerintah akan membuka pintu bagi lebih banyak rilis data ekonomi resmi, yang pada gilirannya dapat membantu meredakan ketidakpastian atas perekonomian.

Selain itu, Mahkamah Agung yang mengkritik tarif perdagangan Trump. Nick Timiraos dari The Wall Street Journal mengatakan terdapat perpecahan yang semakin besar di antara para pembuat kebijakan Federal Reserve mengenai apakah akan memangkas suku bunga pada Desember, dengan penundaan pembacaan ekonomi untuk bulan September dan Oktober yang menambah ketegangan ini.

"Para pedagang selanjutnya akan mencermati pidato beberapa pejabat The Fed hari ini. John Williams, Anna Paulson, Christopher Waller, Raphael Bostic, Stephen Miran, dan Susan Collins dari The Fed dijadwalkan akan berbicara dalam berbagai forum yang mereka hadiri," papar Ibrahim.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Ekonomi RI diproyeksi tumbuh 5,33%


Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,33 persen pada 2026. Proyeksi tersebut di bawah target yang telah ditetapkan pemerintah dan DPR yaitu sebesar 5,4 persen. Prakiraan pertumbuhan 5,33 persen pada tahun depan itu berdasarkan perkembangan ekonomi global maupun domestik.

Proyeksi tersebut di bawah target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2026 sebesar 5,4 persen. Target pemerintah juga realistis, namun tergantung kecepatan realisasi belanja stimulasi fiskal ke depan.

Sementara untuk ekonomi domestik, BI turut mempertimbangkan rencana dukungan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan lewat penurunan suku bunga hingga ekspansi likuiditas moneter dan makroprudensial. 

Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,9 persen pada 2026, jauh lebih rendah dari target pemerintah maupun BI.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)