Baru Menguat Sehari, Rupiah Sudah Ditekuk Dolar AS Lagi

Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar AS. Foto: MI/Susanto.

Baru Menguat Sehari, Rupiah Sudah Ditekuk Dolar AS Lagi

Husen Miftahudin • 20 November 2025 16:08

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Padahal mata uang Garuda tersebut sempat menguat signifikan pada perdagangan di hari sebelumnya.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 20 November 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.735,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 28 poin atau setara 0,17 persen dari posisi Rp16.708 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 26 poin, sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp16.735,5 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.708 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Di perdagangan hari ini, rentang pergerakan rupiah berada pada level Rp16.722 per USD hingga Rp16.751,5 per USD. Sementara return year to date (ytd) return tercatat 3,74 persen.

Sementara itu, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.725 per USD. Rupiah menguat tipis dua poin atau setara 0,01 persen dari Rp16.727 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.742 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 10 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.732 per USD.
 

Baca juga: Rupiah Balik Melemah Lagi ke Rp16.733 per USD
 

Menanti kebijakan moneter Fed


Ibrahim mengungkapkan pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen meningkatnya skeptisisme di antara para pejabat Federal Reserve (Fed) tentang pemangkasan suku bunga berikutnya pada Desember yang mengaburkan prospek kebijakan moneter.

"Karena para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut," tutur Ibrahim.

Dalam rilis notulen rapat FOMC pada Oktober terungkap sebagian besar peserta menilai penurunan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan tepat seiring waktu, tetapi beberapa mengindikasikan bahwa mereka tidak memandang penurunan suku bunga pada Desember sebagai hal yang tepat.  

Sebagian besar peserta rapat mencatat penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menambah risiko inflasi yang lebih tinggi menjadi berlarut-larut atau dapat disalahartikan sebagai kurangnya komitmen terhadap target inflasi dua persen. Banyak peserta berpendapat berdasarkan pandangan mereka, mempertahankan suku bunga tidak berubah selama sisa tahun ini adalah langkah yang tepat.

"Hari ini fokus pasar adalah pada laporan ketenagakerjaan September yang tertunda, yang dapat memberikan wawasan tentang kesehatan pasar tenaga kerja AS dan memberikan lebih banyak petunjuk tentang arah suku bunga AS," terang dia.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Fundamental eksternal Indonesia tetap terjaga 


Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan pada 2025 akan berada dalam kisaran surplus 0,1 persen hingga defisit atau current account deficit (CAD) 0,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Proyeksi tersebut mencerminkan fundamental eksternal Indonesia yang dinilai tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global," jelas Ibrahim.

BI mengatakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang tahun ini diperkirakan berada dalam kondisi yang berdaya tahan, didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah serta aliran modal yang berpotensi meningkat seiring membaiknya prospek ekonomi nasional.

Selain itu, ketahanan eksternal Indonesia hingga saat ini masih terjaga. Hal itu terlihat dari kondisi NPI yang tetap positif dan mampu menopang stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.

Pada kuartal III-2025, transaksi berjalan diperkirakan mencatat surplus. Peningkatan itu didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas, termasuk penjualan minyak kelapa sawit (CPO) ke India, logam mulia dan perhiasan ke Swiss, serta batu bara ke Tiongkok.

Dari sisi transaksi modal dan finansial, investasi langsung diprediksi tetap kuat. Optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik menjadi salah satu faktor yang menopang aliran masuk penanaman modal asing.

Namun demikian, BI mencatat investasi portofolio sempat mengalami net outflows. Kondisi itu dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, yang memengaruhi preferensi investor terhadap aset negara berkembang.

Situasi tersebut mulai membaik pada kuartal IV-2025. Hingga 17 November 2025, investasi portofolio mencatat net inflow senilai USD1,8 miliar, terutama dari aliran modal ke pasar saham.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.730 per USD hingga Rp16.790 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)