Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Usman Iskandar.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, setelah mampu mempertahankan penguatannya sejak beberapa hari lalu.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 2 Juli 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.246,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 47 poin atau setara 0,29 persen dari posisi Rp16.199,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 47,5 poin, sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp16.246,5 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.199,5 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.238 per USD. Rupiah turun hingga 50 poin atau setara 0,32 persen dari Rp16.187 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.236 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 44 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.192 per USD.
Fed berhati-hati putuskan kebijakan suku bunga
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh meningkatnya taruhan bank sentral AS (Federal Reserve) akan memangkas suku bunga pada September. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ia melihat pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan The Fed.
Namun, Ketua Fed Jerome Powell sebagian besar mengulangi sikap hati-hati bank sentral dengan menyatakan ketidakpastian atas dampak inflasi dari tarif Trump akan membuat bank sentral tidak memangkas
suku bunga dalam waktu dekat.
Di sisi lain, ketidakpastian atas implikasi fiskal dari RUU pemotongan pajak dan belanja yang didukung oleh Trump, yang disetujui dalam pemungutan suara Senat yang sempit pada Selasa.
"RUU tersebut sekarang akan dibawa kembali ke DPR untuk pemungutan suara terakhir. Analisis terbaru menunjukkan RUU tersebut dapat menambah utang pemerintah hingga USD3,3 triliun selama dekade berikutnya," ppar Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Pemerintah klaim neraca keuangan masih solid
Sementara itu, posisi utang pemerintah pada akhir tahun anggaran 2024 mencapai Rp10.269 triliun. Kendati mencerminkan besarnya kewajiban negara, namun neraca pemerintah per 31 Desember 2024 mencerminkan posisi keuangan yang solid, dengan total aset Rp13.692,4 triliun, kewajiban Rp10.269,0 triliun, dan ekuitas Rp3.423,4 triliun.
Sedangkan, posisi ekuitas negara sebesar Rp3.423,4 triliun merupakan gambaran kekayaan bersih serta kekuatan fiskal negara dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko global yang masih tinggi. Saldo Anggaran Lebih (SAL) per akhir 2024 tercatat sebesar Rp457,5 triliun. Jumlah ini turun tipis dari posisi awal tahun yang sebesar Rp459,5 triliun.
"Penurunan tersebut terjadi seiring pemanfaatan SAL untuk pembiayaan APBN. Meski begitu, level SAL masih memadai. Pos anggaran SAL, berfungsi sebagai penyangga fiskal dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan," jelas Ibrahim.
Sedangkan, arus kas dari aktivitas investasi mencatatkan nilai negatif dari aktivitas investasi mencerminkan komitmen pemerintah untuk terus melakukan investasi produktif guna mendorong akselerasi pembangunan nasional.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.230 per USD hingga Rp16.300 per USD," jelas Ibrahim.