Rupiah Berhasil Pukul Mundur Dolar AS Pagi Ini

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen

Rupiah Berhasil Pukul Mundur Dolar AS Pagi Ini

Husen Miftahudin • 20 June 2025 09:44

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan setelah beberapa hari terus terpukul mundur.

Mengutip data Bloomberg, Jumat, 20 Juni 2025, rupiah pada pukul 09.24 WIB berada di level Rp16.372,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 33,5 poin atau setara 0,20 persen dari Rp16.406 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.373 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.400 per USD hingga Rp16.460 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
 

Baca juga: Rupiah Terperosok Semakin Dalam, Tembus Rp16.400-an Sore Ini
 

AS bakal ikut campur di konflik Iran-Israel


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah didorong oleh sentimen pernyataan pejabat senior AS yang mengaku sedang mempersiapkan serangan potensial terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang.

"Persiapan tersebut menandakan Washington mungkin memposisikan diri untuk terlibat langsung dalam konflik Israel-Iran. Meskipun rencana masih belum pasti, beberapa pejabat menunjuk akhir pekan sebagai kemungkinan waktu untuk bertindak," tutur Ibrahim.

Presiden AS Trump mengatakan ia memiliki ide tetapi akan memutuskan pada saat-saat terakhir. Ia mengatakan ia mungkin akan menyerang Iran atau tidak, dan menyatakan Iran sangat ingin terlibat dalam perundingan.

Laporan Wall Street Journal sebelumnya mengatakan Trump memberitahu para pembantu seniornya ia telah menyetujui rencana untuk menyerang Iran tetapi menghentikan tindakan tersebut untuk melihat apakah Teheran akan mundur dari ambisi nuklirnya.

Di sisi lain, Federal Reserve mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tetap pada 4,25 persen hingga 4,50 persen pada Rabu, mempertahankan ekspektasi untuk dua kali pemotongan suku bunga seperempat poin akhir tahun ini.

Ketua Jerome Powell menekankan inflasi harga barang kemungkinan akan meningkat musim panas ini karena tarif yang baru-baru ini diberlakukan oleh Presiden Trump mulai melewati rantai pasokan ke konsumen.

The Fed memproyeksikan laju pelonggaran yang lebih lambat ke depannya, memperkirakan suku bunga akan turun menjadi 3,6 persen pada 2026, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,4 persen. Untuk 2027, ia melihat suku bunga pada 3,4 persen, direvisi naik dari 3,1 persen.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Konflik Timur Tengah jadi batu sandungan bagi ekonomi Indonesia


Dari dalam negeri, Ibrahim melihat pencairan gaji ke-13 ASN dan beberapa insentif pemerintah yang direncanakan pada Juni 2025 diperkirakan akan memberi dorongan yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025. Namun perang di Timur Tengah antara Israel dan Iran yang terus terjadi akan menjadi batu sandungan bagi ekonomi Indonesia.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 diperkirakan masih di bawah lima persen secara tahunan atau year on year (YoY). kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini berada di kisaran 4,8 persen.

"Guna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka paket insentif yang akan diluncurkan, diharapkan bisa mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor utama untuk pertumbuhan ekonomi, yaitu sekitar 55 persen," tutur dia.

Jika insentif ini berjalan dengan baik, pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa melonjak dari 4,8 persen menjadi angka yang lebih tinggi, meski durasi dan besaran insentifnya mempengaruhi dampaknya. Jika insentif hanya berjalan selama dua bulan, maka dampaknya akan sangat terbatas.

"Selain konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk investasi, ekspor, dan impor," terang Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)