Kronologi Teror terhadap Direktur Imparsial

Ilustrasi. Metrotvnews.com.

Kronologi Teror terhadap Direktur Imparsial

Arga Sumantri • 11 September 2025 13:24

Jakarta: Direktur Imparsial Ardi Manto melaporkan rangkaian teror hingga perusakan ke Polda Metro Jaya. Rangkaian teror tersebut dinilai bentuk intimidasi serius terhadap kerja-kerja pembelaan hak asasi manusia.

"Rangkaian teror berupa peretasan atau serangan siber terhadap akun pribadi dan institusi, perusakan mobil hingga pencurian dokumen–dokumen," kata perwakilan Tim Advokasi untuk Keadilan Teo Reffelsen, melalui keterangan tertulis, Kamis, 11 September 2025.

Teo menjelaskan pada 20 Agustus 2025, sejak pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, telepon genggam pribadi Ardi menerima panggilan berulang kali dari nomor tidak dikenal. Setelah berulang kali menelepon, sekitar pukul 14.00 WIB panggilan telepon diterima, penelepon yang mengaku sebagai petugas Dukcapil Kota Bekasi meminta konfirmasi terkait aplikasi e-KTP. 

"Setelah percakapan berakhir, penelepon mengirimkan tautan ktpdigital.net. Begitu tautan di-klik, telepon genggam seketika hang dan akun WhatsApp Direktur Imparsial dikuasai pihak lain," beber Teo.
 

Baca juga: Tanggapi PBB Soal Demo, Menteri HAM: Indonesia Sudah Ambil Langkah Sejak Awal

Beberapa menit kemudian, rekan kerja menyadari perubahan foto profil WhatsApp Ardi Manto yang mengindikasikan akun telah diretas. Laporan segera diajukan ke pihak WhatsApp untuk menonaktifkan akun.

Akibat hal ini, Ardi tidak dapat mengakses dan menggunakan aplikasi whatsapp terhitung sejak tanggal 20 sampai dengan 28 Agustus 2025. Pada 29 Juli 2025, kata dia, akun Instagram resmi kantor @imparsial juga telah diretas dan/atau diambil alih oleh pihak tak dikenal.

Perusakan Kendaraan dan Pencurian Dokumen

Kemudian, pada 8 September 2025 sekitar pukul 20.00 WIB, setelah singgah di sebuah rumah makan Jalan Wibawa Mukti II, Jatiasih, Bekasi, Ardi mendapati kaca kendaraan bagian tengah sebelah kanan pecah. Dalam kejadian tersebut, satu goodie bag berisi dokumen kegiatan kantor korban hilang.

Menurut dia, pihak rumah makan sudah dimintai keterangan, namun tidak ada saksi yang melihat pelaku. Ardi Manto kemudian meminta manajemen rumah makan untuk mengimbau pelanggan agar lebih waspada terhadap potensi pencurian serupa.

"Kami menilai teror yang terhadap pembela HAM sekaligus Direktur Imparsial tersebut merupakan suatu tindakan yang bersifat terstruktur dan sistematis," ungkap Teo. 
 
Baca juga: Tanggapi PBB Soal Korban Demonstrasi, Menteri HAM: Langkah Pemulihan Sedang Dilakukan

Menurut dia, teror tersebut tidak dapat dilepaskan dari latar belakang dan kerja-kerja yang dilakukan oleh Ardi Manto sebagai Direktur Imparsial yang kerap menyuarakan dan terlibat aktif dalam melakukan advokasi terkait dengan isu HAM, Revisi UU TNI, Reformasi Sektor Keamanan, Pelindungan Kelompok Rentan, dan lain-lain. 

Teror terhadap Ardi Manto dinilai harus dianggap sebagai ancaman serius terhadap kebebasan berekspresi dan bagi para pembela HAM di Indonesia dan dapat mengganggu kerja-kerja pembelaan hak asasi manusia. 

Tim Advokasi Untuk Keadilan meminta aparat penegak hukum segera mengusut tuntas dan mengungkap aktor di balik serangkaian serangan terhadap Ardi Manto secara transparan dan akuntabel. Pemerintah juga memberikan kepastian dan jaminan  perlindungan terhadap pembela HAM dari segala bentuk intimidasi, ancaman, dan kekerasan serta kriminalisasi. 

"Publik dan masyarakat sipil untuk bersama-sama mengawal proses hukum agar kasus ini tidak berhenti pada laporan semata, namun juga memastikan tidak terjadi keberulangan kasus serupa yang mengancam keselamatan dan keamanan pembela HAM," ujar Teo.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)